
Kurang munculnya naskah drama memang tidak hanya persoalan Sumatera Barat saja, tapi juga di Indonesia. Dan itu terjadi sejak dulu.
“Karakter naskah drama yang unik, diniatkan untuk pementasan, menjadi ‘penghalang’ tak tampak. Akibatnya, tidak seperti puisi atau cerpen, yang hanya diniatkan untuk dibaca, bisa diproduksi lebih banyak,” komentar Rizal Tanjung, Sutradara Old Track Theatre.
Berita Terkait:
Menurut Rizal, Sumatera Barat mencapai masa emas ketika BHR Tanjung, Wisran hadi, A Alin De, Hardian Radjab dan hampir seluruh sutradara yang ada zaman 70-80-an menulis naskah drama untuk pertunjukannya sendiri.
“Sutradara sekarang kebanyakan hanya mau mengambil naskah yang sudah terbit atau sudah pernah dipentaskan. Tradisi penulisan perlahan redup dengan kepergian para penulis itu. Akibatnya, naskah drama, dalam konteks karya sastra, tidak lagi merepresentasikan kekinian,” tambahnya.
Problem lain, tidak banyaknya grup teater yang muncul masa kini. Satu-persatu, komunitas berguguran. Mereka tidak tahan dengan pancaroba kesenian, tambah penulis naskah drama ini.
- Faisal Basri Usul Toyota Avanza cs Bebas PPnBM Permanen
- Hamdani Dilantik Sebagai Pj.Gubernur Sumbar
- Besok, KPU Tetapkan Mahyeldi-Audy Sebagai Gubernur-Wagub Sumbar Terpilih
- Penerapan Pendidikan Agama Berkerifan Lokal di Kelompok Silat Palito Hati
- Puluhan Mahasiswa Gelar Aksi Damai Tolak Ijin Galian Tambang C di Pariaman